Posted in

Pemkot Semarang Siapkan Akademi Wayang Untuk Regenerasi Seniman

Pemkot Semarang berencana dirikan Akademi Wayang sebagai langkah strategis melestarikan seni tradisional dan mengembangkan generasi baru seniman wayang.

Pemkot-Semarang-Siapkan-Akademi-Wayang-Untuk-Regenerasi-Seniman

Akademi ini akan menjadi tempat belajar bagi anak-anak dan remaja yang ingin menekuni dunia wayang secara serius. Dibawah ini Anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya tentang seputaran Info Kejadian Semarang.

Konsep Pesantren Seni untuk Generasi Penerus

Berbeda dari lembaga pelatihan seni pada umumnya, Akademi Wayang ini akan mengusung konsep “pesantren seni”. Para peserta tidak hanya belajar teori, tetapi juga akan “nyantri” tinggal dan berlatih langsung di lingkungan seni agar meresapi nilai-nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

“Anak-anak akan mempelajari banyak hal, mulai dari memahami karakter tokoh, mendalami dialog, hingga tampil dalam pementasan nyata,” jelas Agustina. Para peserta nantinya dapat memilih karakter yang ingin diperankan, seperti Srikandi, Pandawa, atau tokoh-tokoh lain dalam kisah Mahabharata dan Ramayana.

Setelah memahami peran masing-masing, mereka akan berlatih intensif dan tampil rutin di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) setiap minggu. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk kedisiplinan, rasa percaya diri, serta pemahaman mendalam terhadap seni pertunjukan tradisional.

Didukung APBD dan Kolaborasi Dengan Ngesti Pandowo

Untuk tahap awal, Akademi Wayang akan menampung sekitar 50 peserta yang seluruh biaya pelatihannya ditanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Semarang. Pemerintah ingin memastikan akses terhadap pendidikan seni tradisional ini terbuka bagi semua anak, tanpa terkendala faktor ekonomi.

Agustina juga menyebutkan bahwa target utama akademi ini adalah agar para peserta dapat mementaskan satu lakon penuh pada Hari Wayang Sedunia tahun depan, berkolaborasi dengan kelompok legendaris Ngesti Pandowo.

“Harapan kami, melalui pelatihan intensif ini akan lahir generasi baru yang siap menjaga api seni perwayangan agar tidak padam oleh waktu,” ucapnya. Ia menambahkan, regenerasi seniman adalah investasi budaya jangka panjang yang akan memperkuat identitas Semarang sebagai salah satu pusat seni tradisional di Indonesia.

Baca Juga: Jalan Pemuda Semarang Di Tutup Sementara Untuk Kirab Merah Putih

Festival Wayang Semesta Jadi Agenda Tahunan

Festival-Wayang-Semesta-Jadi-Agenda-Tahunan

Keseriusan Pemkot Semarang dalam menghidupkan kembali seni wayang tidak berhenti pada pendirian akademi. Wali Kota Agustina juga berencana menjadikan Festival Wayang Semesta sebagai agenda tahunan yang rutin digelar di Kota Semarang.

“Kami ingin kegiatan seperti ini menjadi agenda budaya yang dinantikan setiap tahun. Selain untuk menghibur masyarakat, festival ini menjadi panggung bagi generasi muda untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam berkesenian,” tutur Agustina.

Dengan rutin diselenggarakannya festival tersebut, pemerintah berharap dapat membangun ekosistem seni budaya yang berkelanjutan. Hal ini sejalan dengan visi Pemkot Semarang dalam menjadikan kota ini tidak hanya sebagai pusat ekonomi dan pariwisata, tetapi juga sebagai pusat pelestarian budaya tradisional Jawa.

Restorasi Ngesti Pandowo dan Pelestarian Warisan Tak Benda

Selain menyiapkan akademi dan festival, Pemkot Semarang juga menaruh perhatian besar terhadap keberlangsungan kelompok Ngesti Pandowo, yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTb) Nasional. Pemerintah akan melakukan restorasi gedung dan sarana pertunjukan kelompok wayang orang legendaris tersebut.

Renovasi fisik gedung Ngesti Pandowo dijadwalkan dimulai tahun ini, kemudian dilanjutkan dengan perbaikan interior serta perlengkapan pertunjukan pada tahun berikutnya. Agustina menegaskan bahwa setiap aspek restorasi akan mempertahankan nilai historisnya.

“Kami akan merawat kostum lama sebagai bagian dari kekayaan ‘heritage’. Namun, kami juga akan menyiapkan kostum baru agar penampilan tetap menarik dan sesuai dengan zaman,” jelasnya. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat daya tarik pertunjukan wayang orang, terutama di mata generasi muda dan wisatawan.

Bagi Pemkot Semarang, melestarikan wayang bukan sekadar menjaga benda dan bangunan, tetapi juga memastikan nilai-nilai, filosofi, dan ilmu di baliknya tetap hidup. “Manusia memang tidak hidup selamanya, tetapi ilmu dan tradisi bisa abadi jika diteruskan kepada anak-anak,” pungkas Agustina.

Simak berita update lainnya tentang Semarang dan sekitarnya secara lengkap tentunya terpercaya hanya di Info Kejadian Semarang.


Sumber Informasi Gambar:

  1. Gambar Pertama dari lingkar.co
  2. Gambar Kedua dari antaranews.com