Tragedi mengerikan terjadi pada Minggu dini hari di Jalan Soekarno–Hatta, Kelurahan Tlogosari Kulon, Kecamatan Pedurungan, Kota Semarang.

Seorang pria ditemukan tergeletak, meninggal dunia akibat pengeroyokan. Dua lainnya dilarikan ke rumah sakit karena luka-luka serius. Peristiwa ini telah menjadi sorotan masyarakat setempat dan menjadi topik hangat di media sosial. Saat ini, polisi tengah mendalami kronologi lengkap dan menyelidiki motif pelaku.
Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Semarang.
Kronologi Kejadian
Peristiwa kelam itu bermula pada 11 Agustus 2025 malam. Seorang pemuda bernama Taufik Maulana (18 tahun), warga Banjardowo, Genuk, tiba-tiba dikepung oleh sekelompok orang di Jalan Malangsari Raya, Pedurungan.
Tuduhan yang menyertai tindakan brutal itu: dugaan mencuri ponsel milik orang tua rekannya. Tanpa melalui proses hukum, Taufik langsung dikeroyok di tempat tersebut oleh massa yang terpicu emosi dan rasa dendam.
Dari situlah kisah silih berganti. Bocah itu tidak hanya dipukuli, tapi dibawa dalam kondisi kritis ke Lapangan Karangroto Genuk. Di lapangan itulah, dia kembali menerima pukulan dan hantaman yang menjadikannya babak belur hingga pingsan.
Kepalanya paling parah diterjang benda tumpul hingga mengalami pendarahan fatal di otak. Akhirnya, dia dievakuasi ke RSI Sultan Agung Semarang, namun sayangnya nyawanya tidak tertolong dan dinyatakan meninggal pada Jumat, 31 Januari 2025 siang.
Penyelidikan Kepolisian dan Penangkapan Pelaku
Tak butuh waktu lama bagi aparat penegak hukum untuk menangkap beberapa pelaku. Hingga saat ini, sebanyak empat orang telah diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka. Sementara itu, tiga pelaku lainnya masih dalam pelarian dan menjadi target pengejaran aktif polisi.
Menurut hasil olah TKP dan pemeriksaan, alat yang digunakan dalam pengeroyokan mengandung pecahan helm menunjukkan bahwa benda tumpul semacam itu digunakan untuk menghantam korban dengan keras.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Andika Dharma Sena, menyatakan bahwa temuan pecahan helm kuat dugaan bahwa benda tersebut digunakan untuk memukul kepala korban. Hasil autopsi membeberkan bahwa kematian disebabkan oleh luka dalam kepalanya hingga menimbulkan pendarahan fatal.
Saat ini, polisi terus mendalami peran masing-masing pelaku, motif yang melatarbelakangi tindakan kejam itu, dan memeriksa sejumlah saksi beberapa di antaranya masih anak di bawah umur.
Baca Juga: Sidang Vonis Robig, Penembak Gamma Digelar Hari Ini di PN Semarang
Penyelidikan Kepolisian Penangkapan Pelaku

Tak butuh waktu lama bagi aparat penegak hukum untuk menangkap beberapa pelaku. Hingga saat ini, sebanyak empat orang telah diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka. Sementara itu, tiga pelaku lainnya masih dalam pelarian dan menjadi target pengejaran aktif polisi.
Menurut hasil olah TKP dan pemeriksaan, alat yang digunakan dalam pengeroyokan mengandung pecahan helm menunjukkan bahwa benda tumpul semacam itu digunakan untuk menghantam korban dengan keras.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Andika Dharma Sena, menyatakan bahwa temuan pecahan helm kuat dugaan bahwa benda tersebut digunakan untuk memukul kepala korban. Hasil autopsi membeberkan bahwa kematian disebabkan oleh luka dalam kepalanya hingga menimbulkan pendarahan fatal.
Saat ini, polisi terus mendalami peran masing-masing pelaku, motif yang melatarbelakangi tindakan kejam itu, dan memeriksa sejumlah saksi beberapa di antaranya masih anak di bawah umur.
Reaksi Publik
Peristiwa ini tak pelak memicu reaksi hebat dari masyarakat, terutama orang tua korban dan tetangga sekitar. Banyak yang mengutuk kekerasan warga yang terlanjur main hakim sendiri tanpa melalui aturan hukum yang semestinya.
Ada kekhawatiran bahwa di tengah rasa marah dan kerumunan massa, tindakan seperti ini justru memperlemah sistem keadilan formal. Bukannya menyerahkan kasus ke polisi, warga memilih bertindak sendiri yang akhirnya menimbulkan korban jiwa.
Polisi menegaskan bahwa perbuatan main hakim sendiri tidak dapat dibenarkan. Hukuman yang bisa dikenakan bagi para pelaku cukup berat mulai dari kasus pengeroyokan hingga pembunuhan. Penegakan hukum tegas menjadi sinyal bahwa negara hadir melindungi hak asasi manusia sekaligus mencegah law enforcement by crowd.
Kesimpulan
Kita kehilangan satu anak muda secara sia-sia karena kekerasan massa. Dan lebih parah lagi, kematiannya terjadi tanpa kesempatan benar-benar dibela di hadapan hukum. Ini bukan hanya soal satu kasus, tapi tentang bagaimana masyarakat mesti percaya pada sistem peradilan, menyerahkan urusan hukum kepada penegak hukum, dan menjaga nyala-nya peradaban yang mengutamakan keadilan.
Semoga, tragedi di Pedurungan ini menghadirkan kesadaran kolektif bahwa tindakan emosional dan main hakim sendiri hanya merusak tatanan. Negara harus hadir menjadi jaminan perlindungan, dan masyarakat harus menjadi pengguna kesadaran hukum, bukan pengendali kekerasan.
Untuk informasi terbaru dan lengkap mengenai berbagai kejadian penting di Semarang. Termasuk perkembangan infrastruktur, kasus kriminal, dan aktivitas masyarakat. Kalian bisa kunjungi Info Kejadian Semarang.
Sumber Informasi Gambar:
- Gambar Pertama dari www.detik.com
- Gambar Kedua dari daerah.sindonews.com