Posted in

Rumah Tertua di Semarang, Warisan Pejabat VOC di Kampung Kelengan

Rumah tertua di Semarang terletak di Kampung Kelengan, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, dan merupakan peninggalan pejabat tinggi VOC, Tuan Klein, pada abad ke-18.

Rumah Tertua di Semarang, Warisan Pejabat VOC di Kampung Kelengan

Rumah berlantai dua di ujung Jalan Kelengan Besar, Kelurahan Kembangsari, Kecamatan Semarang Tengah, dikenal sebagai rumah tertua di kota ini.

Bangunan ini bukan hanya sekadar peninggalan arsitektur, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah Semarang sejak abad ke-18. Dibawah ini anda bisa melihat berbagai informasi menarik lainnya seputaran Info Kejadian Semarang.

Sejarah Rumah Gedong di Kampung Kelengan

Rumah ini pertama kali dibangun sekitar tahun 1700-an oleh seorang pejabat tinggi VOC asal Belanda, Tuan Klein. Nama ‘Klein’ kemudian diadaptasi oleh masyarakat Jawa menjadi ‘Kelengan’, yang kini menjadi nama kampung tempat rumah tersebut berada.

Menurut sejarawan Johanes Christiono, rumah ini merupakan salah satu bangunan gedong pertama di Semarang dan lebih tua dari bangunan ikonik Lawang Sewu.

Awalnya, rumah ini berdiri megah dengan empat lantai dan dikelilingi kebun bunga yang luas. Namun, seiring berjalannya waktu, rumah ini mengalami perubahan fungsi dan kepemilikan.

Setelah Tuan Klein, rumah ini berpindah tangan ke Be Biauw Tjwan, seorang tuan tanah asal Tiongkok. Di bawah kepemilikan Be Biauw Tjwan, kawasan sekitar rumah ini mulai dihuni dan berkembang menjadi permukiman padat yang dikenal dengan nama Kampung Kelengan.

Arsitektur dan Kondisi Bangunan

Rumah tertua di Kampung Kelengan menampilkan arsitektur kolonial Belanda dengan perpaduan elemen lokal Jawa. Bangunan ini memiliki struktur permanen dengan dinding tebal dari batu bata, lantai kayu yang kokoh. Serta atap genteng khas Eropa yang menambah kesan megah.

Jendela-jendela besar dengan kisi-kisi kayu, pintu ganda, dan tangga kayu melengkung menunjukkan detail arsitektur yang mencerminkan status sosial pemiliknya pada masa itu. Selain itu, tata letak rumah yang luas dengan halaman depan dan belakang memberikan ruang untuk aktivitas sosial dan kebun, yang merupakan ciri rumah pejabat VOC pada abad ke-18.

Seiring berjalannya waktu, kondisi fisik rumah mulai menurun. Beberapa bagian dinding mengalami retak dan cat yang memudar, sementara kayu pada pintu, jendela, dan lantai mulai lapuk akibat usia dan minimnya perawatan.

Atap genteng juga ada yang bergeser atau bocor saat hujan, menandakan perlunya perbaikan segera untuk mencegah kerusakan lebih lanjut. Meski demikian, struktur utama rumah masih kokoh dan menjadi saksi bisu sejarah kolonial Semarang, menunjukkan pentingnya pelestarian bangunan bersejarah ini agar nilai sejarah dan arsitekturnya tetap terjaga.

Baca Juga: Pondok Boro, Penginapan Rp4 Ribu Menyimpan Kehangatan di Semarang

Peran Rumah Dalam Sejarah Lokal

Peran Rumah Dalam Sejarah Lokal

Selain sebagai kediaman pejabat VOC, rumah ini juga memiliki peran penting dalam sejarah budaya Semarang. Dulunya, rumah ini menyimpan gamelan Mega Mendung yang merupakan warisan budaya.

Gamelan tersebut kemudian dipindahkan ke Keraton Yogyakarta. Selain itu, rumah ini juga dipercaya memiliki lorong rahasia yang menghubungkan ke kawasan Gajah Mada, yang menunjukkan betapa strategisnya posisi rumah ini dalam peta sosial dan politik masa lalu.

Dari Rumah Gedong ke Permukiman Padat

Nama Kampung Kelengan sendiri berasal dari nama pemilik pertama rumah ini, Tuan Klein. Dulunya kawasan ini merupakan tanah persil yang luas dengan kebun bunga yang indah.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan kepemilikan, kawasan ini berkembang menjadi permukiman padat yang kini dikenal dengan nama Kampung Kelengan.

Untuk informasi terbaru dan lengkap mengenai berbagai kejadian penting di Semarang, termasuk perkembangan infrastruktur, kasus kriminal, dan aktivitas masyarakat. Kalian bisa kunjungi Info Kejadian Semarang.


Sumber Informasi Gambar:

  • Gambar Pertama dari news.okezone.com
  • Gambar Kedua dari www.suaramerdeka.com